Tak terasa telah seminggu kita menginjak bumi Bantul ini bersama kawan-kawan KKN. Berbagai kegiatan telah kita jajaki. Mulai observasi, menentukan tema kegiatan, bersenda gurau dengan warga, dsb. Senang, susah dan lelah telah kita rasai dengan peluh keringat yang membasahi raga kita.
Lalu apa yang menjadi selingan dari kegiatan KKN ini? Basi mungkin bila kita mengatakan yang telah disebutkan diatas, karena kita semua merasakan itu semua. Tetapi yang menjadi menarik adalah fenomena ‘cinta lokasi’.
Selentingan kabar mengenai adanya ketertarikan dengan sesama rekan KKN merupakan sedikit ‘bumbu’ dari dua bulan yang akan penuh perjuangan ini. Mungkin kawan-kawan sering mendengar panggilan ‘pangeran’ dan ‘ratu’ dari pegiat KKN yang lain. Asumsi dari pegiat yang mengetahui fenomena ini mengatakan, pangeran adalah seorang yang kesepian tanpa memiliki kekasih. Lalu ratu adalah seorang gadis terpilih dan beruntung yang menjadi pujaan hati sang pangeran. Tetapi apakah hal ini adalah sebuah kenyatan? Masih menjadi sebuah tanda tanya besar bagi rekan bulletin73.
Menjadi suatu fenomena tanpa menangkap nomena—inti fenomena—apabila kita melihat kejadian ini sebagai suatu hal yang layak untuk kita perbincangkan disela sarapan pagi. Wacana-wacana demikian menjadi semakin absurd dengan tidak adanya kejelasan dari pegiat KKN yang sering tertawa tidak jelas mengenai pangeran.
Seiring berlalunya waktu, kebenaran kabar tersebut mulai terkuak melalui pengungkapan dari sang pangeran sendiri. “Itu hanya sebagai candaan kawan-kawan satu pondok saja, karena memang para penghuni pondok tersebut adalah anak-anak yang suka bersenda gurau” pengakuan pangeran.
Mungkin memang benar adanya apa yang disampaikan oleh pangeran. Setelah rekan-rekan bulletin73 selidiki, pegiat KKN yang ada di pondokan tersebut merupakan sekumpulan ‘orang’ yang suka sekali bercanda, bahkan mungkin bisa jadi kelewatan bercandanya.
Lalu siapakah pangeran dan ratu tersebut? Mungkin akan lebih baik menjadi rahasia saja agar tidak merugikan berbagai pihak. Pun demikian tanggapan pangeran, “biar menjadi rahasia kami saja, karena kasihan dengan pihak yang terkait—baca ratu. Saya sih tidak masalah, karena saya tahu, teman-teman saya tidak benar mengenai hal tersebut, tetapi tidak demikian dengan dia” ungkap pangeran.
Menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa tidak selamanya keadaan umum sebanding lurus dengan kenyataan yang ada. Janganlah menggunakan rasio dengan logika terbalik bila menerima segala informasi. ‘Kunyahlah’ informasi, identifikasi , lalu telanlah apabila informasi itu telah keluar dari sang ‘korban’. Karena memang kebenaran bukanlah fenomena yang berkeliaran didunia ini. Tetapi kebenaran adalah nomena dari realitas dunia yang abstrak ini. Salam hangat. [Romo&Rambo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar