Smart, Progresif, and Transformative

selamat datang di Buletin 73, media ini sebagai informasi dan tukar pengetahuan antar sesama manusia. siapa saja yang berminat menulis ataupun memberikan suatu informasi yang bermanfaat, layangkan tulisan anda ke "buletin73@gmail.com"
salam Editorial.
(bagi yg Upload tolong tulisan yg akn di upload Rata kanan n Kiri, dan dirapikan, Editorial)
Kami bukan dewa, bukan sang pencipta, jadi kritik Kami!!!

Kamis, 19 Juni 2008

fisika quantum

Fisika quantum yang digunakan dalam analisis tasawuf agama membuat kita masuk dalam dunia baru, dimana biasanya kita selalu menerapkan sisi psikologi dan budaya secara etnograf dalam membahas ilmu-ilmu agama, bentuk hitungan matematis yang dapat menyimpulkan pengetahuan tanpa kita harus memolakan lagi, keunggulan ilmu eksak adalah dapat menuaikan suatu informasi sesuai dengan tuntutan dunia pengetahuan, suatu ruang yang meminta informasi dalam bentuk skematis dan terhitung, biasanya mahasiswa yang membentuk kelompok diskusi di dalam teritorial budaya dan sastra sangat jarang melirik ilmu eksak sebagai tinjauan dari olah pikirannya, karena kemampuannya sendiri tidak dapat menjangkau pemikiran logika kesana, manusia yang bergerak dalam budaya dan sastra adalah manusia yang dipersiapkan berdialektika dalam bentuk media bahasa! bukan hitungan! itu perbedaannya.
Jika kita melihat dimensi ruang sering sekali kita terjebak dengan zaman, dalam fisika quatum ruang didefinisikan sebagai energi yang berbentuk frekwentatif yang secara matematis mempunyai rumusan dan anak perumusannya. Didalam fisika quantum kita dapat menyatakan bentuk budaya yang terpola, bahkan kita dapat menyentuh statistik perubahan budaya yang diakibatkan gaya grafitasi dari masing-masing komunal yang ada pada masyarakat, interkolerasi yang terjadi menghasilkan dinamika sosial yang beritme, ritme yang berupa frekwensi energi yang bergerak acak, dioposisikan oleh bentuk keadaan psikologi masyarakatnya.
Sering kita menghadapai pengklutseran bentuk budaya mistik dengan budaya nalar, didalam pengetahuan budaya dan sastra dua hal tersebut merupakan budaya yang mempunyai dunia masing-masing (hal yang berbeda), lain hal jika kita tinjau dari fisika quantum, dua bentuk budaya tersebut merupakan budaya yang berkesinambungan itu dilihat dari sesuatu yang bersifat tidak bisa di telaah dengan keadaan nyata dikarena instrumennya yang berbeda akan tetapi jika kita mampu memunculkan satu hal yang mempunyai kesamaan maka dengan fisika quantum kita dapat menemukan kolersai pembentangan budaya tersebut, dalam artian bahwa ketika ada dua frekwensi yang belum mempunya klem yang mempertemukan maka hal tersebut tidak mempunyai hubungan akan tetapi jika frekwensi tersebut telah mempunyai klem maka frekwensi itu akan menjadi frekwensi yang saling menyambung, sederhana bukan itu fisika quantum.
Maka perlu diketahui dalam alquran dituliskan “Diciptakan langit dan bumi hanya untuk manusia”, alam bergerak secara sitimatika, alam mempunyai perhitungan, maka untuk memahami alam dan konsesi agama maka belajarlah berhitung, belajarlah fisika quantum!!



1 komentar:

Unknown mengatakan...

bila kita berujar tentang zaman, maka akan berkolerasi dengan konteks waktu, sebab zaman menunjukan suatu keadaan di waktu terentu. Seperti zaman orde baru, hal ini akan menunjukan suatu periode waktu dimana Soeharto memerintah. Jadi bung alfa, tolong diperhatikan sekali inti pemikiran sodara sebelum dipublikasikan kedepan khalayak.

_ada ingin ada tanggapan balasan? Buka lelakon49.wordpress.com_ ane tunggu tenggapan anda.